aku memandangi wajahku dari balik cermin. kutatap kedua mataku yang bercahaya, namun tanpa semangat. kuambil sebuah pinsil eyeliner berwarna biru. kugariskan tepat di kedua kelopak mataku. warna biru terang menghiasi kedua kelopak mataku yang putih. kutatap lagi wajahku, aku mendesah. lalu kuambil pinsil eyeliner berwarna hitam untuk menggarisi kelopak mata bawahku. kurang puas, kupertebal garis mataku dengan pinsil berwarna hitam. kutatap lagi wajahku. aku tersenyum. kini kuambil eyeshadow berwarna pink dan ungu. kucampur kedua warna tersebut dan kuoleskan pada kedua kelopak mataku. Aku mendesah lagi. Cuaca dingin memuat kulit wajahku kering. dengan kesal aku menyapu pipiku dengan jemariku. Kuperhatikan wajahku lagi. sedikit perih di hidungku, karena keringnya kulitku. aku menggelengkan kepalaku. lalu, kuambil mascara dan kuoleskan pada bulu mataku yg lentik. sedikit sapuan pinsil alis untuk alisku yang terbentuk rapi, dan yang terakhir, kuoleskan lipstik warna pastel cerah dan sedikit sapuan lipgloss. tanpa bedak. dan yeah,, aku siap untuk berpesta!!!
aku tersenyum. aku mengganti bajuku dan segera mengambil kamera berwarna pink kesayanganku dari dalam kamar dengan tergesa. aku kembali berpose d depan kaca kamar mandi, dan segera bernarsis ria menikmati diriku sendiri. aku tersenyum puas melihat
hasil poto diriku sendiri. (hahahahha!! benar2 narsis!!) kadang kala, aku cemberut. lalu, aku menyetel kameraku agar cahaya lampu berlebih tidak merusak hasil gambar potoku. beberapa poto dengan indah tersimpan di dalam kameraku. aku tersenyum. sambil menunggu Audrey bersiap - siap, aku menyalakan laptopku. seperti biasa, aku mengutak atik Facebook dan mencari cari kuis ga penting yang kadang kala membuatku tertawa. Audrey keluar dari kamarnya, dan dia berkata, "t'est belle!" (kamu cantik) aku tersenyum. "merci!" (terima kasih) ucapku tanpa mengalihkan tatapanku dari layar komputer. kutatap Audrey yang tengah
berjalan menuju kulkas. kuamati tubuhnya yang mungil dan ramping. wanita ini baru berusia 28 tahun dan sudah memiliki 2 anak. aku sedikit iri padanya yang pintar menjaga tubuhnya. aku iri karena aku tidak pernah bisa mendapatkan tubuh sperti itu. mungkin karna faktor indeks tubuhku juga yang mempengaruhinya. sperti apapun usahaku, aku tidak akan pernah bisa langsing seperti itu. padahal kedua kakakku dan adik kecilku berbadan kecil. hanya aku sendiri saja yang "montok" (memperhalus kata "gendut", hahahaha...) dan bermuka bulat. semua bagian di wajahku sperti berlomba, hidung, bibir, dahi, dan juga pipiku. ppfffuuihhh... terkadang aku lelah jika orang2 membahas berat tubuhku. aku letih jika mereka membandingkan
diriku dengan saudari saudariku. aku muak jika akulah yang menjadi bahan sindiran ataupun bahan perbandingan. dari segi fisik, penampilan - cara berfikir maupun tingkat kecerdasan kami pun sangat berbeda, walaupun terlahir dari rahim ibu dan ayah yang sama. pandanganku kembali beralih ke layar komputer. aku membuka kotak emailku, berharap seseorang yang
kuharapkan membalas emailku. tapi, tidak. rupanya dia tetap membisu dan tidak peduli. mungkin dianggapnya aku ini anak kecil yang tidak perlu diperhatikan. bbooff... aku tidak peduli. "on y va!" (ayo kita pergi) ajak Audrey dan akupun mematikan laptopku. aku berlari kecil mencari sepatu boot berwarna coklat dari dalam lemari dan mengenakannya dengan setengah
terburu buru. Audrey memperhatikanku dengan matanya yang berwarna hijau kecoklatan. dia tersenyum padaku. dan tak lama, kami sudah berada di dalam mobil - bertiga dengan temannya. dua wanita di dalam mobil ini adalah penyanyi. mobil melaju menuju PONT D'HEYREs, dimana kami memutuskan untuk makan malam dan menghabiskan malam dengan menari. Sesampainya di Pont d'Heyres, kami mencari tempat yang nyaman untuk makan malam, dan kami memutuskan untuk makan malam di sebuah restoran yang tidak begitu banyak pengunjungnya. yea,, di pinggir pantai ini, aku memesan bebek panggang saus jamur. Sementara air liurku menetes melihat orang disebelah mejaku asik menyantap timbunan kerang di dalam panci dengan bersemangat. aku menatap layar di hadapanku. layar proyektor itu menampilkan pertandingan rugby antara Toulon dan Sou- apa namanya, aku lupa. itu merupakan pertandingan lokal rubgy Prancis. ah, aku teringat lagi padanya. teringat di suatu minggu kami berjalan menyusuri PAris mencari sebuah bar yang menampilkan pertandingan rugby. akhirnya kami menemukan sebuah bar yang ramai, dimana orang orang berseru dan bersorak mendukung tim Prancis melawan Ingris, kalau aku tidak salah. skor pada waktu itu 0-40, ya, 0 untuk Prancis dan 40 untuk tim lawan. aku tertawa. aku tidak begitu mengerti namun permainan ini benar benar membuatku tertawa. dimana orang - orang bersorak dan mendesah karna tim Prancis yang terlihat begitu payah, aku malah tertawa melihat kebodohan permainan ini. lelaki itu menatapku, dan berbisik, "kamu ada di Prancis, jadi kamu harus mendukung Prancis, ya!". aku hanya tersenyum dan mengangguk. "dasar orang PRancis sombong!" aku berkata dalam hati.
"tu va bien?" (kamu baik - baik saja) tanya Audrey, membuyarkan lamunanku. aku tergagap. "ah! iya!" sahutku sambil tersenyum aneh. aku mendesah lagi. tidak tahu kenapa, akhir - akhir ini aku sangat suka mendesah. ah... benar - benar deh...
aku kembali menatap layar di hadapanku sambil menunggu Audrey menghabiskan hidangan pencuci mulutnya - crepes dengan gula. tak beberapa lama kami sudah berjalan menuju sebuah pub tak jauh dari restauran dimana kami menghabiskan makan malam kami. tempat ini terlihat cozy, kami mencari tempat duduk dan akhirnya kami memilih duduk di dekat pintu - sebuah pilihan yang salah, karena kami selalu merasakan hawa dingin setiap kali pintu tersebut dibuka dan terkadang orang lupa utk menutupnya kembali. aku menyeruput segelas coca di hadapanku. aku melirik seorang pria yang tengah menatapku. tapi aku tidak peduli. kubuang pandanganku. Aku mengangguk - anggukkan kepalaku mengikuti irama musik, berusaha menikmati irama musik malam itu. berusaha menikmati ajeb - ajeb keduaku di Prancis ini. namun aku kurang menikmatinya - menikmati alunan musik yang terdengar kencang di kupingku. hingga membuatku harus mengulang perbincanganku dengan Audrey berulang kali. beginilah nasibku - sudah logat Prancisku terlihat aneh, suara musik yang kencang ini membuatku makin terlihat bodoh. pfffuuiihh...
"hey! il a dit bonsoir a toi, Kanthy!" (hey, dia mengucapkan selamat sore padamu, Kanthy!) ucap teman Audrey.
"ha?" ucapku bodoh.
"t'a pas entendu?" (kau tidak dengar?). ucapnya lagi. aku menggeleng dengan muka bodoh. aku berbohong. aku mendengarnya. tapi aku tidak peduli.
"laisser tomber, il est pas beau!" (cuekin aja, dia ga cakep ini!) sahutnya sambil tertawa merendahkan. aku tersenyum.
aku melihat beberapa lelaki ganteng dan berotot - so hot! tapi aku tidak punya hasrat sama sekali. tidak ada hasrat untuk mencuri perhatian mereka, karna aku tahu itupun akan berakhir dengan percuma - karna aku tidak melalukan seks sebelum menikah. jadi, berkenalan dengan mereka pun percuma. huh... aku mereguk kembali coca di dalam gelasku.pikiranku kembali
melayang. ah! sungguh menyebalkan! beginilah wanita,, lebih menggunakan hatinya daripada otaknya. percuma memikirkan lelaki itu sementara aku bisa mendapatkan lelaki yang lebih baik, hanya saja mencarinya itu yang tidak mudah. kami bertiga hanya duduk, padahal aku berniat untuk turun dan menari - hanya saja aku malas jika melakukannya sendirian, karna aku takut akan ada lelaki yang menghampiriku dan mengajakku menari. Audrey menyenggol bahuku dengan bahunya "tu veux danser?" (kau ingin menari?) aku tersenyum, "ah.. non.." (ah, tidak..) jawabku dengan malas. kami menunggu hingga tempat ini agak penuh baru turun untuk menari. kami menunggu namun musik yang disetel tampak tidak asik. kami bertiga terlihat malas dan
akhirnya Audrey berdiri dan menyilangkan tangannya - temps mort! (waktunya habis!) itu berarti kami berhenti untuk menunggu dan segera pergi dari club tersebut. "c'est nul!" (payah!) ucap Audrey sambil membuang nafasnya dan memanyunkan bibirnya, sangat ekspresif, tipikal orang2 prancis yang selalu mengekspresikan diri. kami masuk ke dalam mobil dan segera pergi dari tempat tersebut. aku pikir kami akan segera menuju rumah - pulang, dan tidur. namun ternyata Audrey membelokkan mobilnya dan mencari club lainnya. "olala..." ujarku dalam hati. orang - orang ini benar - benar niat untuk menari, rupanya!. yep, akhirnya kami menemukan sebuah club yang lumayan ramai. kami mencari tempat parkir yang tidak terlalu jauh dari pintu masuk. untuk masuk kami harus membayar 12€, dan dari luar, aku rasa tempat ini lumayan. untung saja Audrey yang membayar tiket masuk untukku, jadi aku bisa menyimpan uangku dan menggunakannya untuk membeli kartu telepon dan celana jeans baru - jeans terakhir yang aku beli di Paris, retsletingnya rusak dan aku terpaksa membuangnya, karna harga untuk membetulkan celana itu juga lumayan mahal, jadi lebih baik aku membeli yang baru. uh, padahal aku menyukai celana jeans tersebut, tapi ya, sudahlah...
kami memasuki ruangan yang dipenuhi cahaya berkedip - kedip itu sambil mencari tempat yang lowong untuk kami bertiga. aku mengamati sekelilingku. tidak ada yang aneh, kepalaku bergerak mengikuti irama musik. namun, lama - lama kami merasakan keanehan dan kami saling berpandangan, aku merasa aku mengenal musik ini - musik yang sangat aku hapal di negara asalku, musik ini mengingatkanku pada musik... astaga, musik dangdut!!! ahahahaahha... aku tertawa dan menari sambil menggoyangkan pinggulku dengan gemulai. aku memutar tubuhku, mencoba mengikuti goyangan Dewi Persik namun tentu saja aku tidak semahir dirinya.
lama - lama aku merasa lelah dengan musik yang sama dan juga goyangan yang sama. aku menatap Audrey yang menari di hadapanku. Wajahnya tampak tidak asik. jelas, dia tidak dapat menyembunyikan rasa tidak sukanya. dia lelah - lelah karna menemukan club yang salah. akhirnya dia memilih mengorder minum dan memesan minuman - yang aku tidak tahu namanya, tapi sepertinya enak, sementara aku meneguk gelas cocaku. rupanya club yang kumasuki ini merupakan club yang menjadi idola orang orang yang berasal dari negara negara middle east. pantas saja aku merasa mengenal musik ini dan merasa tidak asing dengan goyangan pinggul mereka. kedua wanita Prancis dihadapanku ini tampak malas dan menggerutu. akhirnya mereka memutuskan untuk pulang, benar - benar pulang. lelah, ingin menghabiskan akhir pekan dengan bersenang - senang tapi ternyata malah lelah menemukan 2 club yang salah dalam satu malam. akhirnya kami memutuskan untuk pulang, ya, benar - benar pulang dan segera menyatu dengan tempat tidur masing - masing. sungguh sebuah pengalaman yang unik. aku tersenyum, dan menutup kedua kelopak mataku. inilah pengalaman keduaku menghabiskan akhir pekan dengan berajojing ria - yang berakhir dengan tidak indah, brakhir dengan keletihan - bukan letih karena menari - namun letih karena menemukan dua tempat yang salah dalam 1 malam yang sama dan, berakhir dengan kekecewaan...
bboooff... aku sih tidak peduli, karena aku tidak mengeluarkan speser uangpun malam ini,
dan aku tidak peduli karena aku bukan penggemar kehidupan malam.
aku tersenyum. aku mengganti bajuku dan segera mengambil kamera berwarna pink kesayanganku dari dalam kamar dengan tergesa. aku kembali berpose d depan kaca kamar mandi, dan segera bernarsis ria menikmati diriku sendiri. aku tersenyum puas melihat
hasil poto diriku sendiri. (hahahahha!! benar2 narsis!!) kadang kala, aku cemberut. lalu, aku menyetel kameraku agar cahaya lampu berlebih tidak merusak hasil gambar potoku. beberapa poto dengan indah tersimpan di dalam kameraku. aku tersenyum. sambil menunggu Audrey bersiap - siap, aku menyalakan laptopku. seperti biasa, aku mengutak atik Facebook dan mencari cari kuis ga penting yang kadang kala membuatku tertawa. Audrey keluar dari kamarnya, dan dia berkata, "t'est belle!" (kamu cantik) aku tersenyum. "merci!" (terima kasih) ucapku tanpa mengalihkan tatapanku dari layar komputer. kutatap Audrey yang tengah
berjalan menuju kulkas. kuamati tubuhnya yang mungil dan ramping. wanita ini baru berusia 28 tahun dan sudah memiliki 2 anak. aku sedikit iri padanya yang pintar menjaga tubuhnya. aku iri karena aku tidak pernah bisa mendapatkan tubuh sperti itu. mungkin karna faktor indeks tubuhku juga yang mempengaruhinya. sperti apapun usahaku, aku tidak akan pernah bisa langsing seperti itu. padahal kedua kakakku dan adik kecilku berbadan kecil. hanya aku sendiri saja yang "montok" (memperhalus kata "gendut", hahahaha...) dan bermuka bulat. semua bagian di wajahku sperti berlomba, hidung, bibir, dahi, dan juga pipiku. ppfffuuihhh... terkadang aku lelah jika orang2 membahas berat tubuhku. aku letih jika mereka membandingkan
diriku dengan saudari saudariku. aku muak jika akulah yang menjadi bahan sindiran ataupun bahan perbandingan. dari segi fisik, penampilan - cara berfikir maupun tingkat kecerdasan kami pun sangat berbeda, walaupun terlahir dari rahim ibu dan ayah yang sama. pandanganku kembali beralih ke layar komputer. aku membuka kotak emailku, berharap seseorang yang
kuharapkan membalas emailku. tapi, tidak. rupanya dia tetap membisu dan tidak peduli. mungkin dianggapnya aku ini anak kecil yang tidak perlu diperhatikan. bbooff... aku tidak peduli. "on y va!" (ayo kita pergi) ajak Audrey dan akupun mematikan laptopku. aku berlari kecil mencari sepatu boot berwarna coklat dari dalam lemari dan mengenakannya dengan setengah
terburu buru. Audrey memperhatikanku dengan matanya yang berwarna hijau kecoklatan. dia tersenyum padaku. dan tak lama, kami sudah berada di dalam mobil - bertiga dengan temannya. dua wanita di dalam mobil ini adalah penyanyi. mobil melaju menuju PONT D'HEYREs, dimana kami memutuskan untuk makan malam dan menghabiskan malam dengan menari. Sesampainya di Pont d'Heyres, kami mencari tempat yang nyaman untuk makan malam, dan kami memutuskan untuk makan malam di sebuah restoran yang tidak begitu banyak pengunjungnya. yea,, di pinggir pantai ini, aku memesan bebek panggang saus jamur. Sementara air liurku menetes melihat orang disebelah mejaku asik menyantap timbunan kerang di dalam panci dengan bersemangat. aku menatap layar di hadapanku. layar proyektor itu menampilkan pertandingan rugby antara Toulon dan Sou- apa namanya, aku lupa. itu merupakan pertandingan lokal rubgy Prancis. ah, aku teringat lagi padanya. teringat di suatu minggu kami berjalan menyusuri PAris mencari sebuah bar yang menampilkan pertandingan rugby. akhirnya kami menemukan sebuah bar yang ramai, dimana orang orang berseru dan bersorak mendukung tim Prancis melawan Ingris, kalau aku tidak salah. skor pada waktu itu 0-40, ya, 0 untuk Prancis dan 40 untuk tim lawan. aku tertawa. aku tidak begitu mengerti namun permainan ini benar benar membuatku tertawa. dimana orang - orang bersorak dan mendesah karna tim Prancis yang terlihat begitu payah, aku malah tertawa melihat kebodohan permainan ini. lelaki itu menatapku, dan berbisik, "kamu ada di Prancis, jadi kamu harus mendukung Prancis, ya!". aku hanya tersenyum dan mengangguk. "dasar orang PRancis sombong!" aku berkata dalam hati.
"tu va bien?" (kamu baik - baik saja) tanya Audrey, membuyarkan lamunanku. aku tergagap. "ah! iya!" sahutku sambil tersenyum aneh. aku mendesah lagi. tidak tahu kenapa, akhir - akhir ini aku sangat suka mendesah. ah... benar - benar deh...
aku kembali menatap layar di hadapanku sambil menunggu Audrey menghabiskan hidangan pencuci mulutnya - crepes dengan gula. tak beberapa lama kami sudah berjalan menuju sebuah pub tak jauh dari restauran dimana kami menghabiskan makan malam kami. tempat ini terlihat cozy, kami mencari tempat duduk dan akhirnya kami memilih duduk di dekat pintu - sebuah pilihan yang salah, karena kami selalu merasakan hawa dingin setiap kali pintu tersebut dibuka dan terkadang orang lupa utk menutupnya kembali. aku menyeruput segelas coca di hadapanku. aku melirik seorang pria yang tengah menatapku. tapi aku tidak peduli. kubuang pandanganku. Aku mengangguk - anggukkan kepalaku mengikuti irama musik, berusaha menikmati irama musik malam itu. berusaha menikmati ajeb - ajeb keduaku di Prancis ini. namun aku kurang menikmatinya - menikmati alunan musik yang terdengar kencang di kupingku. hingga membuatku harus mengulang perbincanganku dengan Audrey berulang kali. beginilah nasibku - sudah logat Prancisku terlihat aneh, suara musik yang kencang ini membuatku makin terlihat bodoh. pfffuuiihh...
"hey! il a dit bonsoir a toi, Kanthy!" (hey, dia mengucapkan selamat sore padamu, Kanthy!) ucap teman Audrey.
"ha?" ucapku bodoh.
"t'a pas entendu?" (kau tidak dengar?). ucapnya lagi. aku menggeleng dengan muka bodoh. aku berbohong. aku mendengarnya. tapi aku tidak peduli.
"laisser tomber, il est pas beau!" (cuekin aja, dia ga cakep ini!) sahutnya sambil tertawa merendahkan. aku tersenyum.
aku melihat beberapa lelaki ganteng dan berotot - so hot! tapi aku tidak punya hasrat sama sekali. tidak ada hasrat untuk mencuri perhatian mereka, karna aku tahu itupun akan berakhir dengan percuma - karna aku tidak melalukan seks sebelum menikah. jadi, berkenalan dengan mereka pun percuma. huh... aku mereguk kembali coca di dalam gelasku.pikiranku kembali
melayang. ah! sungguh menyebalkan! beginilah wanita,, lebih menggunakan hatinya daripada otaknya. percuma memikirkan lelaki itu sementara aku bisa mendapatkan lelaki yang lebih baik, hanya saja mencarinya itu yang tidak mudah. kami bertiga hanya duduk, padahal aku berniat untuk turun dan menari - hanya saja aku malas jika melakukannya sendirian, karna aku takut akan ada lelaki yang menghampiriku dan mengajakku menari. Audrey menyenggol bahuku dengan bahunya "tu veux danser?" (kau ingin menari?) aku tersenyum, "ah.. non.." (ah, tidak..) jawabku dengan malas. kami menunggu hingga tempat ini agak penuh baru turun untuk menari. kami menunggu namun musik yang disetel tampak tidak asik. kami bertiga terlihat malas dan
akhirnya Audrey berdiri dan menyilangkan tangannya - temps mort! (waktunya habis!) itu berarti kami berhenti untuk menunggu dan segera pergi dari club tersebut. "c'est nul!" (payah!) ucap Audrey sambil membuang nafasnya dan memanyunkan bibirnya, sangat ekspresif, tipikal orang2 prancis yang selalu mengekspresikan diri. kami masuk ke dalam mobil dan segera pergi dari tempat tersebut. aku pikir kami akan segera menuju rumah - pulang, dan tidur. namun ternyata Audrey membelokkan mobilnya dan mencari club lainnya. "olala..." ujarku dalam hati. orang - orang ini benar - benar niat untuk menari, rupanya!. yep, akhirnya kami menemukan sebuah club yang lumayan ramai. kami mencari tempat parkir yang tidak terlalu jauh dari pintu masuk. untuk masuk kami harus membayar 12€, dan dari luar, aku rasa tempat ini lumayan. untung saja Audrey yang membayar tiket masuk untukku, jadi aku bisa menyimpan uangku dan menggunakannya untuk membeli kartu telepon dan celana jeans baru - jeans terakhir yang aku beli di Paris, retsletingnya rusak dan aku terpaksa membuangnya, karna harga untuk membetulkan celana itu juga lumayan mahal, jadi lebih baik aku membeli yang baru. uh, padahal aku menyukai celana jeans tersebut, tapi ya, sudahlah...
kami memasuki ruangan yang dipenuhi cahaya berkedip - kedip itu sambil mencari tempat yang lowong untuk kami bertiga. aku mengamati sekelilingku. tidak ada yang aneh, kepalaku bergerak mengikuti irama musik. namun, lama - lama kami merasakan keanehan dan kami saling berpandangan, aku merasa aku mengenal musik ini - musik yang sangat aku hapal di negara asalku, musik ini mengingatkanku pada musik... astaga, musik dangdut!!! ahahahaahha... aku tertawa dan menari sambil menggoyangkan pinggulku dengan gemulai. aku memutar tubuhku, mencoba mengikuti goyangan Dewi Persik namun tentu saja aku tidak semahir dirinya.
lama - lama aku merasa lelah dengan musik yang sama dan juga goyangan yang sama. aku menatap Audrey yang menari di hadapanku. Wajahnya tampak tidak asik. jelas, dia tidak dapat menyembunyikan rasa tidak sukanya. dia lelah - lelah karna menemukan club yang salah. akhirnya dia memilih mengorder minum dan memesan minuman - yang aku tidak tahu namanya, tapi sepertinya enak, sementara aku meneguk gelas cocaku. rupanya club yang kumasuki ini merupakan club yang menjadi idola orang orang yang berasal dari negara negara middle east. pantas saja aku merasa mengenal musik ini dan merasa tidak asing dengan goyangan pinggul mereka. kedua wanita Prancis dihadapanku ini tampak malas dan menggerutu. akhirnya mereka memutuskan untuk pulang, benar - benar pulang. lelah, ingin menghabiskan akhir pekan dengan bersenang - senang tapi ternyata malah lelah menemukan 2 club yang salah dalam satu malam. akhirnya kami memutuskan untuk pulang, ya, benar - benar pulang dan segera menyatu dengan tempat tidur masing - masing. sungguh sebuah pengalaman yang unik. aku tersenyum, dan menutup kedua kelopak mataku. inilah pengalaman keduaku menghabiskan akhir pekan dengan berajojing ria - yang berakhir dengan tidak indah, brakhir dengan keletihan - bukan letih karena menari - namun letih karena menemukan dua tempat yang salah dalam 1 malam yang sama dan, berakhir dengan kekecewaan...
bboooff... aku sih tidak peduli, karena aku tidak mengeluarkan speser uangpun malam ini,
dan aku tidak peduli karena aku bukan penggemar kehidupan malam.