Kembali aku merenung dalam kesendirian. Terkadang, aku merutuk diri akan kesendirian ini. Seolah tak pernah merasa bersyukur atas apa yang sudah kumiliki selama ini, aku selalu mengeluh dan terus mengeluh, membicarakan segala kekuranganku sebagai masalah. Padahal, mungkin saja tidak pernah ada seorangpun yang terusik dengan itu. Tapi aku. Selalu terusik karenanya, saat melihat wanita lain lebih cantik dariku, saat melihat wanita lain memiliki postur indah dan tinggi menjulang, dengan tubuhnya yang bersiluet indah, senyumnya yang menawan, hidungnya yang bangir dan rambut lurusnya yang hitam panjang, sungguh cantik sekali.
Kemudian aku memandang diriku, mempermasalahkan pipiku yang begitu tembem, hidungku yang kecil, bibirku, flek di sekitar pipiku, dahiku yang lebar, rambutku yang tipis dan mudah rontok. Ada lagi. Tubuhku yang montok, dengan hiasan lemak yang bertonjolan disekitar tubuhku. Aku yang selalu berjinjit saat berdiri didekat temanku yang lebih tinggi, mengelitiki mereka yang tubuhnya lebih ramping daripadaku. Iri saat mereka semua dapat membeli baju yang mereka inginkan, hanya karena tidak ada baju yang kuinginkan, memiliki ukuran yang aku miliki.
Sama halnya seperti pada saat aku menatap mereka dengan kekasihnya masing-masing, iri bercampur kekaguman pada mereka yang berhasil mempertahankan hubungan percintaan mereka untuk waktu yang lama. Dan pada akhirnya, aku sama sekali tidak mau mengakui bahwa cinta sejati itu nyata, bahwa itu hanya ada dalam dongeng, seperti halnya kisah Romeo dan Juliet. Lambang cinta abadi.
Tentu saja, karena percintaan mereka baru saja dimulai dan dengan mudahnya mereka bunuh diri atas nama cinta! Coba saja hitung rentang waktu mereka memadu kasih, benarkah selama itu untuk membuktikan bahwa cinta sejati itu nyata? oooh... c'mon! mereka tuh pacaran ga lebih dari seminggu!
Saat cinta datang dan pergi menyapa diriku, dan pada akhirnya aku menangis karenanya, aku merasa sendiri. Kembali merenung. Kecewa, tersakiti, dan pada akhirnya aku dapat menarik kesimpulan,
bahwa cinta itu hanyalah tentang menyakiti dan disakiti,
kita tinggal menunggu bom waktu itu meledak. Berpacu pada hubungan yang realistis dan konkret, aku bangun dari mimpi semu. Tidak ada kisah sang putri mencium sang pangeran kodok yang pada akhirnya berubah menjadi prince charming, ataupun kisah putri salju yang menemukan cinta sejatinya ditengah hutan, ataupun Cinderella dengan sepatu kaca dan pangeran impiannya. Tapi, pada akhirnya kisah Ariel si putri duyung dari kerajaan Samudra (dan bukan Ariel si PeterPorn dari kerajaan bokep) menginspirasikan sesuatu padaku. Bahwa Cinta itu membutuhkan pengorbanan!. Dia merelakan pita suaranya agar dapat hidup sebagai seorang manusia dan berusaha untuk mendapatkan sang pangeran pujaan. Selain dari kisah itu, mereka semua menawarkan mimpi dan kesempurnaan. Tidak ada cinta sejati, tidak ada cinta pada pandangan pertama. Semua memiliki harganya masing-masing. Aku tidak akan pernah memimpikan ada seorang pria kaya raya tampan rupawan, baik hati dan tidak sombong, jatuh cinta padaku (yang kebetulan) tengah mengendarai kuda jingkraknya dan tiba-tiba melihatku tengah menunggu sebuah metromini dengan asapnya hitamnya yang pekat, ditambah dengan kecanggihannya menyaingi gravitasi bumi hingga sang metromini pun miring kekanan kekiri. Dan splash! Pada saat itulah sang pria kaya raya nan ganteng dan rupawan, setia, dan tentu saja, straight, melihatku dan tiba-tiba saja, jatuh cinta padaku dan, menawarkan tumpangan untuk mengantarkanku pulang. Di ujung cerita, eng ing eng! Dia meminangku untuk menjadi istrinya, menawarkan untuk berbulan madu di Pulau Maldive, kepulauan Bahama ataupun Hawaii, tinggal aku yang memutuskan, dengan mas kawin satu set perhiasan lengkap dengan batu berliannya yang besar, dan membawaku pulang ke kastilnya yang berada tepat di jantung kota Paris dengan pemandangan utama menara Eiffel.
Stop! Inilah yang aku lakukan kalau kelamaan berada di dalam metromini. Kota metropolitan yang lapuk dengan segala macam orang-orangnya yang berbaur dalam budaya, dan kemacetan yang semwarut jelas saja membuatku dapat berkhayal yang indah-indah dan pada akhirnya tersadar pada saat sang kenek menagih ongkos. Hahahahahaha!!!
Okay! Back to the reality, then! =D
Aku senang karena pada akhir lamunanku aku menemukan kenyataan, yang membuatku tersenyum-senyum saat mengingat kebodohanku. Mungkin itulah yang disebut dengan jatuh cinta – kau dapat menjadi buta dan bodoh karenanya. Saat cinta datang dan pergi, sekali lagi, dan aku menangis karenanya, aku merasa sendiri. Tapi… sedih sekali aku tidak pernah menyadari bahwa ada beberapa orang diluar sana yang menyayangkan sikapku yang terkadang kekanakan itu – terkukung jauh di negeri mimpi. Mereka yang selalu mendukung aku, yang tidak pernah meninggalkan aku saat aku marah dan bersikap kasar pada mereka, yang selalu mendukung langkah yang aku buat, yang tidak pernah mementingkan status diantara kami. Mereka yang tidak pernah komplain pada saat aku tidak dapat menghubungi mereka, menelepon, mengirimkan SMS hanya untuk menanyakan kabar, yang tidak pernah marah pada saat kami jarang bertemu dan mengatakan “break” pada hubungan yang lainnya, tidak pernah “memutuskan aku” hanya karena aku tidak peduli pada mereka – well, paling-paling hanya ngambek sebentar, sih ! :D dan mereka, tidak pernah menuntut sebuah status apapun dariku, tidak pernah mengatakan "maukah kamu menjadi… " tapi mereka selalu ada untukku. Melebihi segalanya. Dan mereka selalu mengingatkan aku untuk selalu bersyukur pada yang kuasa.
“ih, rambut lo bangus ya, lurus dan halus ! iri deh gw ! coba liat nih rambut gw kasar dan ga beraturan !”
“kulit muka lo alus ya ! gampang kalo mau di make-up! Pake pemutih ya?”
“alis lo rapih ya! Enak banget ga usah mempercantik alis lagi di salon!”
Dan… pada saat aku bertanya pada para mantan pengisi hatiku, apakah salah satu alasan yang membuat mereka menyukai aku, dan sebagian besar mereka menjawab, “idung kamu tuh lucu banget !!!” aku tersenyum, meringis, saat teringat mereka memainkan hidungku.
Aku tersenyum, tersenyum dan tersenyum. Apa sih yang harus aku takutkan sebenarnya?
Tubuhku yang pendek? Hellooooow… dunia fashion menciptakan sebuah alat yang tentunya stylish banget! menjadi idaman kaum wanita yang bernama high heels! yang tentu aja selain membuat tubuh terlihat lebih tinggi, juga membuat postur tubuh lebih enak dilihat :)
Tubuhku yang gemuk? Well hell ya, setidaknya berat badanku tidak mencapai angka “keterlaluan” dan masih bisa di tolerir, kan? (walaupun tetap harus menjalankan “diet on duty nih!”)
hidungku yang mancung kedalam? Hmm… inikah kelemahan fisik yang aku maksud itu? Well nope, setelah aku tahu kalau ternyata hidungku ini lucu juga :) dan FYI : disinilah aku meletakkan susuk itu :D
rambutku yang tipis? No no, saat menyadari ada juga yang iri sama rambut lurus seperti yang aku punya.
Hmm.. apalagi ya? kulitku yang putih? Aku sama sekali enggak pake pemutih, kok!
Alisku yang bagus? Makasih :)
kulit mukaku yang ada fleknya? Alah, wajar! Namanya juga manusia! Pasti tetep akan ada kurangnya, kan?
Sepertinya hidupku sempurna, dari cara aku memandangnya. Aku sangat menyukai diriku, dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada. Aku menyukai teman-temanku, dan beberapa diantaranya yang memang benar-benar ada untukku. Aku tidak pernah mendengar mereka memanggilku sebagai sahabat, tapi apa yang sudah mereka lakukan untukku, adalah persahabatan. Dan aku mencintai mereka semua, tentu saja dengan caraku sendiri. Dan terlebih, keluargaku. Yang memotivasiku untuk selalu menjadi lebih baik lagi, dengan caraku, dengan jalanku. Masa depanku, hidupku. Aku mencintai mereka semua, walaupun cinta datang dan pergi dalam hidupku. Terima kasih Tuhan, telah membiarkan aku untuk memiliki apa yang aku punya…
- GBU ALL -
