lundi 14 février 2011

ME IN WONDERLAND

0




Sebulan tinggal di sebuah rumah tanpa tivi benar-benar membuat gila, ditambah listrik yang suka turun. Tak ada kegiatan lain yang kulakukan dengan teman-teman selain mengobrol, bercanda, tertawa. Satu-satunya masa autis kami yang tidak boleh diganggu gugat adalah pada saat kami apdet status jejaring sosial dengan menggunakan henpon masing-masing.

Tapi itulah, kami berkumpul dalam perbedaan, menuai kesal, marah, canda, tawa bercampur menjadi satu. Berbagai karakter yang menyelubungi kami, kemisteriusan yang perlahan terkuak. Aku tersentak, belajar untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baruku. Terkadang akupun heran dengan diriku sendiri, kenapa aku merasa berbeda dengan pertemanan ini? Aku benar-benar berbeda saat berada di tengah teman-teman mainku yang biasanya. Perlahan tapi pasti, aku mencoba mengerti.

Mereka, Aku, Kami…

Banyak cerita lucu dan menyebalkan, dan sedikit menyeramkan. Ada juga mitos yang membuat kami menelungkup gemetar atau bahkan lari dan berteriak. Seperti misalnya, orang bilang, jika tidak ada orang yang kentut tapi kita mencium bau kentut, itu tandanya ada Mr. P a.k.a Pocong di sekitar kita. Dan itu sempat kami alami di rumah yang kami tinggali. Atau misalkan kita mendengar suara Tokek hingga tiga belas kali, itu tandanya ada “tamu” tidak diundang datang diantara kita.

Kami semua disini berbeda, 22 orang berkumpul menjadi sebuah grup bernama KKNM PANYINDANGAN, bukan berarti kami adalah makhluk aneh. Kami hanya berbeda.

Ada yang bilang orang batak itu pemarah dan penuh gengsi

Ada yang bilang orang jawa itu hanya manis didepan

Ada yang bilang orang sunda itu pesolek dan pemalas

Ada yang bilang orang betawi itu matre

Ada yang bilang orang cina itu pelit dan perhitungan

Ada yang bilang orang itali itu pengagung cinta

Dan semua orang pun menyebutkan karakteristik kesukuan, kedaerahan, keagamaan, hanya untuk membuat diri mereka terasa lebih tinggi dari yang lainnya.

Benarkah? Mungkin iya, atau tidak. Stereotype kesukuan yang membuat manusia terkotak-kotak oleh perbedaan yang ada. Kotak-kotak yang membuat kita menjaga jarak satu sama lain dan menimbulkan jurang rasis dan perang agama.

Haruskah kita tetap berbeda atas warna kulit yang kita miliki?

Haruskah agama membuat kita waspada atas kepercayaan kita?

Haruskah sukuisme menimbulkan tingkatan sosial diantara kita?

Disini, disebuah desa bernama Panyindangan, aku berkumpul dengan orang-orang batak, dan mereka begitu baik, tidak membunuh orang pada saat mereka kesal dengan orang itu. Aku tinggal dirumah orang sunda, dengan begitu baik hatinya, perhatian, ramah, cerewet pada kami semua, yang pada akhirnya aku menyadari itu karena mereka menganggap kami seperti anak mereka sendiri. Aku berbagi ruang dengan orang jawa lainnya, sama sepertiku, dan kami bercanda bersama, berbicara, dan benar-benar saling membantu. Disini, kami memiliki agama yang berbeda dan bukan berarti kami tidak dapat menghormati agama masing-masing.

Apa yang salah dengan kesukuan yang kami miliki?

Apa yang salah dengan asal kami masing-masing?

Apa yang salah dengan agama yang kami percayai?

Yang salah adalah orang-orang rasis yang hanya bisa menghakimi setiap individu. Bukan karena mereka tidak mampu memandang dunia dari sisi yang berbeda, tapi karena mereka tidak mau melakukannya. Mereka bahkan tidak menyadari indahnya dunia dari sisi lain hidup ini. Tapi kami, kami begitu mensyukuri perbedaan ini dengan indahnya.

Here, in the world named WONDERLAND…



0 commentaires:

Enregistrer un commentaire

www.lowongankerjababysitter.com www.lowongankerjapembanturumahtangga.com www.lowonganperawatlansia.com www.lowonganperawatlansia.com www.yayasanperawatlansia.com www.penyalurpembanturumahtanggaku.com www.bajubatikmodernku.com www.bestdaytradingstrategyy.com www.paketpernikahanmurahjakarta.com www.paketweddingorganizerjakarta.com www.undanganpernikahanunikmurah.com